I. PENDAHULUAN
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif. Sedangkan untuk mengembangkan kurikulum sendiri mempunyai bermacam – macam model.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Ada Berapa Macam Model – Model Pengembangan Kurikulum itu Dibagi ?
2. Bagaimana Penjelasan Model – Model Kurikulum tersebut ?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertihan Model
Menurut Good ( 1972 ) dan travers ( 1973 ). Model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi perisiwa kompleks atau sistem dalam, dalam bentuk naratif, matematis grafis, serta lambang – lambang lainnya . Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis .
B. Fungsi Model
Model mempunyai beberapa fungsi :
1. sebagai sarana mempermudah komunikasi;
2. sebagai penunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan;
3. sabagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
C. Model – model Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum ada bebrapa model yang dapat digunakan. Setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya, maupun dari tahapan pengebangannya sesuai dengan pendekatannya.
1. Model Tyler
Pengembangan kurikulum yang ditemukan dalam buku klasik yang samapi sekarang banyak dijadikan rujukan dalam proses pengembangan kurikulum yang berjudul Basic Prinsiples of Curriculum and Instuktion.
Model pengembangan ini lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum, sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan . Model ini tidak menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah – langkah konkrit atau tahapan – tahapan secara rinci, akan tetapi lebih memberikan dasar – dasar pengembangannya saja. Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental utuk mengembangkan kurikulum, yaitu :
a. Menentukan tujuan
Dalam penyusunan suatu kurikulum, tujuan merupakan langkah pertama dan utam yang harus dikerjakan. Sebab, tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan. Hendak dibawa ke mana anak didik ? kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik setelah mengikuti pragram pendidikan?.
Lalu sebenarnya dari mana dan bagaimana kiya menentukan tujuan pendidikan ?
Tyler menjelaskan bahwa sumber perumusan tujuan dapat berasal dari siswa, studi kehidupan masa kini, disiplin ilu, filosofis, dan psikologi belajar.
Merumuskan tujuan kurikulum, sebenarnya sangat tergantung dari teori dan filsafat pendidikan serta model kurikulum apa yang dianut. Macam – macam tujuan kurikulum :
1 ) Tujuan kurikulum bersifat " disipline oriented "
Penguasaan berbagai konsep atau teori seperti yang tergambar dalam disiplin ilmu.
2 ) Tujuan kurikulum bersifat " child centered "
Kurikulum yang lebih berpusat kepada pengembangan pribadi siswa. Maka yang menjadi sumber utama adalah siswa, baik yang berhubungan dengan bakat, minat, serta kebutuhan membekali hidupnya.
3 ) Tujuan kurikulum bersifat " society centered "
Ini lebih memosisikan kurikulum sekolah sebagai alat untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.
b. Menentukan Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar adalah segala atifitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi pelajaran dan bukan pula aktivitas guru memberikan pelajaran. Pengalaman belajar lebih menunjuk kepada aktivitas siswa di dalam proses pmebelajaran. Untuk itulah yang harus dipertanyakan dalam pengalaman in adalah " apa yang akan atau telah dilakukan siswa, bukan apa yang akan atau telah diperbuat oleh guru ". untuk itulah guru sebagai pengemban kurikulum mestinya memahami apa minat siswa, serta bagaimana latar belakangnya.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa :
1) Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai;
2) Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa;
3) Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa;
4) Mungkin dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.
c. Mengorganisasi Pengalaman Belaja
Mengorganisasi belajar baik dalam bentuk unit mata pelajaran, maupun dalam bentuk program, pengorganisasian ini sangatlah penting.
Ada 2 jenis pengorganisasian pengalaman beajar :
1) pengorganisasian secara vertikal : yaitu menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajianyang sama dalam tingkat yang berbeda. Misal : pengorganisasian pengalaman belajar yang menghubungkan antara bidang geografi dikelas lima dan kelas enam.
2) Pengorganisasian secara horisntal : yaitu menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama.
Menurut Tyler ada beberapa prinsip dalam mengorganisasi pengalaman belajar :
1) Kontinuitas bersifat vertikal dan horizontal
bersifat vertikal : bahwa pengalaman belajar yang diberikan harus memiliki kesinambungan yang diperlukan untuk mengembangkan pengalaman belajar selanjutnya.
Bersifat horizontal : bahwa pengalaman yang diberikan kepada siswa harus memiliki fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman belajar dalam bidang lin.
2) Prinsip urutan isi yaitu setiap pengalaman belajar siswa harus memerhatikan tingkat penrkembangan siswa .
d. Evaluasi
Proses evaluasi merupakan langkah yang sangat penting untuk mendapatkan informasi tentang ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Ada 2 aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi :
1) Evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
2) Evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu.
Selanjutnya ada fungsi evaluasi :
1) Fungsi sumatif : evaluasi digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik.
2) Fungsi formatif : untuk melihat efektifitas proses pembelajaran, apakah program yang disusun telah dianggap sempurna atau perlu perbaikan.
2. Model Taba
Berbeda dengan model yang dikembangkan Tyler, model Taba lebih menitikberatkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan .
Pengembangan kurikulum biasanya dilakukan secara deduktif yang dimulai dari langkah penetuan prinsip – prinsip dan kebijakan dasar, merumuskna desain kurikulum, menyusun unit – unit kurikulum, dan mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas.
Hilda Taba tidak sependapat dengan langkah tersebut. Alasannya, pengembangan kurikulum secara deduktif tidak dapat menciptakan pembaruan kurikulum. Oleh karena itu menurut Hilda Taba, kurikulum dikembangkan secara terbalik yaitu denagn pendekatan induktif. Ada 5 langkah penegmbangan kurikulum secara induktif :
1) Menghasilkan unit –unit percobaan ( pilot unit ) melalui langkah – langkah :
a. Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum memulai dengan menetukan kebutuhan – kebutuhan siswa.
b. Memformulasikan tujuan. Setelah kebutuhan – kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan.
c. Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai denagn tujuan. Pemilihan isi bukan hanya didasarkan pada tujuan saja, tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaannya untuk siswa.
d. Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksi isi, selanjutnya kurikulum yang telah ditentuan itu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu diberikan.
e. Memilih pengalaman belajar. Menentukan pengalaman – pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
f. Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana mengemas pengalaman – pengalaman belajar yang telah ditentukan itu ke dalam paket – paket kegiatan.
g. Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa. Pada tahap ini guru menyeleksi berbagai teknikyang dapat dilakukan untuk menilai prestasi siswa.
h. Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe – tipe belajar siswa.
2) Menguji unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunanya;
3) Merevisi dan mengonsolidasikan unit –unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba;
4) Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum;
5) Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji. Pada tahap akhir ini perlu dipersiapkan guru – guru melalui penataran- penataran, lokakarya, dan lain sebagainya serta mempersiapkan fasilitas dan alat – alat sesuai dengan tuntutan kurikulum.
3. Model Oliva
Menurut Oliva suatu model kurikulum harus bersifat simpel, komprehensif dan sistematik .
Dalam mengembangkan kurikulum ada 12 komponen yang satu sama lain saling berkaitan :
1) Perumusan filosofis, sasaran, misi, serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat;
2) Kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dari urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah;
3) Tujuan umum yang didasarkan pada komponen 1 dan 2;
4) Tujuan khusus yang didasarkan pada komponen 1 dan 2;
5) Bagaimana mengorganisasi rancangan dan mengimplementasikan kurikulum;
6) Menjabarkan kurikulum dalam bentuk tujuan umum;
7) Menjabrkan kurikulum dalam bentuk tujun khusus;
8) Menetapkan strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat mencapai tujuan;
9) Teknik penilaian;
10) Pengembangan kurikulum;
11) Evaluasi pembelajaran;
12) Evaluasi kurikulum.
4. Model Beauchamp
Model ini dinamakan sistem Beauchamp, karena memang diciptakan dan dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum.
Beauchamp mengemukakan ada lima langkah dalam proses pengembangan kurikulum :
1) Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum. Wilayah itu bisa terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan, atau mungkin tingkat propinsi, dan tingkat nasional.
2) Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum. Beauchamp, menyarankan untuk melibatkan seluas-luasnya para tokoh di masyarakat. Orang-orang yang harus dilibatkan itu terdiri dari para ahli / spesialis kurikulum, para ahli pendidikan termasuk di dalamnya para guru yang dianggap berpengalaman, para profesional lain dalam bidang pendidikan ( seperti pustakawan, laporan, konsultan pendidikan dan lain sebagainya ), dan para profesional dalam bidang lain beserta para tokoh masyarakat ( para politikus, industriawan, pengusaha, dan lain sebagainya ).
3) Menetapkan prosedur yang akan ditempuh, yaitu dalam hal merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilh isi dan pengalaman belajar serta menetapkan evaluasi.
Keseluruhan prosedur itu selanjutnya dapat dibagi dalam lima langkah :
a) Membentuk tim pengembang kurikulum
b) Melakukan penelitian terhadap kurikulum yang sedang berjalan
c) Melakukan studi atau penjajakan tentang penentuan kurikulum baru
d) Merumuskan kriteria dan alternatif pengembangan kurikulum
e) Menyusun dan menulis kurikulum yang dikehendaki.
4) Implementasi kurikulum. Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara matang berbagai hal yang dapat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap efektifitas penggunaan kurikulum, seperti pemahaman guru tentang kurikulum itu sarana atau fasilitas yang tersedia, manajemen sekolah , dan lain sebagainya.
5). Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut :
a) Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru disekolah
b) Evaluasi terhadap desain kurikulum
c) Evaluasi keberhasilan anak didik
d) Evaluasi sistem kurikulum
5. Model Wheeler
Menurut Wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. Proses pengembangan kurikulum terjadi secara terus-menerus . Wheeler berpendapat proses pengembangan kurikulum terdiri dari lima fase ( tahap ). Setiap tahap merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis atau berurut. Artinya kita tidak mungkin dapat menyelesaikan tahapan kedua, manakala tahapan pertama belum terselesaikan. Namun demikian, manakala setiap tahap sudah selesai dikerjakan, kita akan kembali pada tahap awal. Demikian proses pengembangan sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung.
Wheeler berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas lima tahap, yakni :
1) Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan yang bersifat normatif yang menagandung tujuan filosofis (aim) atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis ( goals ). Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yakni tujuan yang mudah diukur ketercapainnya;
2) Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama;
3) Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar;
4) Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar;
5) Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapain tujuan.
Dari langkah-langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan Wheeler, maka tampak bahwa pengembanga kurikulum membentuk sebuah siklus (lingkaran). Pada hakekatnya setiap tahapan pada siklus membentuk sebuah sistem yang terdiri dari komponen-komponen pengembangan yang saling bergantung satu sama lainnya.
6. Model Nicholls
Model pengembangan kurikulum Nichools menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nichools digunakan apabila ingin meyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi .
Ada lima langkah pengembanga kurikulum menurut Nichools, yaitu :
1) Analisis situasi;
2) Menentukan tujuan khusus;
3) Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran;
4) Menentukan dan mengorganisasi metode;
5) Evaluasi.
7. Model Dynamic Skilbeck
Menurut Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic, adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah (school Nased Cuurriculum Development) .
Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembangan termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai dari menganalisis sesuatu sampai pada melakukan penilaian. Skilbeck menganjurkan model pengembangan kurikulumyang ia susun dapat dijadikan alternaf dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah.
Menurut Skilbeck langkah-langkah pengembangan kurikulum adalah :
1) Menganalisis situasi;
2) Memformulasikan tujuan;
3) Menyusun program;
4) Interpretasi dan implementasi;
5) Monitoring, feedback, penilaian, rekonstruksi.
IV. KESIMPULAN
Model – model pengembangan kurikulum ada 7 macam :
1. Model Tyler
2. Model Taba
3. Model Oliva
4. Model Beauchamp
5. Model Wheeler
6. Model Nicholls
7. Model Dynamic Skilbeck
V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami susun mengenai Model – Model Pengembangan Kurikulum, untuk itu kita pelajari apakah kurikulum yang di terapkan di madrasah – madrasah atau sekolah – sekolah yang ada di sekitar kita sudah sesuai dengan model – model pengembangan kurikulum tersebut atau belum. Dan pada akhirnya masukan – masukan ataupun kritikan – kritikan yang konstruktif sangatlah kami nantikan guna membenahi makalah kami yang akan datang.
Rabu, 14 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sloty Casino (Troy) | Mapyro
BalasHapusSloty Casino is a casino and restaurant in the 아산 출장마사지 Tunica 안산 출장안마 Resorts. This casino 태백 출장마사지 is 광명 출장안마 owned and operated by the 광양 출장안마 Eastern Band of Luiseno Indians.